4 Media Sosial Terkenal Ini Lebih Dulu Tutup Sebelum Path, Kenapa?

shutterstock_1149185642-min

Pada Rabu, 22 Mei 2019, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan bakal membatasi sejumlah fitur di media sosial. Hal ini dilakukan menyusul kerusuhan yang terjadi sejak Selasa, 21 Mei 2019 di Jakarta.

Dikutip dari Okezone, Menteri Kominfo Rudiantara menyebutkan bahwa para pengguna internet akan mengalami kelambatan apabila menggunakan layanan data seperti download atau upload konten foto dan video.

Baca selengkapnya: Dibatasi Pemerintah, Netizen Bakal Sulit Upload – Download Foto dan Video 2 sampai 3 Hari ke Depan

Tahun lalu, Media Sosial Path tutup

Kabar mengejutkan datang dari Path. Gak ada yang menyangka media sosial yang identik dengan warna merah ini bakal tutup. Informasi ini diumumkan Path langsung di situs resminya. Di sana tertulis kalau mereka bakal menutup layanan secara bertahap.

Pada 1 Oktober nanti, layanannya gak bisa lagi diakses di Google Play Store. Terus pada 18 Oktober, Path benar-benar bakal gak bisa diakses. Terakhir pada 15 November, layanan customer service-nya juga ditutup.

Sebagian dari warganet yang pernah aktif di Path mengungkapkan perasaan sedih. Gimana gak haru? Path ini dulunya media sosial paling hits sebagai ajang aktualisasi diri.

Malah Bakrie Group lewat Bakrie Telecom pernah menyuntikkan uang tahun 2014. Saat itu Path dapat suntikan dari banyak investor dengan jumlah uang mencapai US$ 25 juta.

Perlahan-lahan Path mulai ditinggalkan seiring populernya Instagram. Sejak saat itu media sosial ini pun berjalan tertatih-tatih hingga akhirnya menyatakan diri gak sanggup lagi untuk meneruskan layanannya.

Rupanya, selain Path, ada beberapa media sosial yang dulunya trending banget di Indonesia terus tutup dan jadi kenangan. Apa aja? Yuk disimak.

1. Friendster

Friendster. (Shutterstock)
Friendster. (Shutterstock)

Sebelum Facebook ada, media sosial yang satu ini jadi andalan banget buat mengekspresikan diri. Apalagi buat generasi kelahiran ‘90-an, Friendster itu udah akrab banget sama mereka.

Cuma di Friendster para remaja bisa mengekspresikan diri sesuka hati, menambah banyak teman, berbagi perasaan, hingga berkomentar.

Sayangnya, kemunculan Facebook membawa petaka. Karena kalah saing, medsos ini pun pelan-pelan ditinggalkan.

Friendster yang didirikan tahun 2002 oleh programer asal Kanada Jonathan Abrams resmi ditutup pada 2009.

Merasa masih ada harapan, Friendster dibeli dan dihidupkan kembali oleh MOL Global, perusahaan Internet terbesar di Asia. Namun, harapan itu harus dikubur dalam-dalam dan Friendster benar-benar tutup pada 2015.

2. Multiply

Multiply. (Reviewkami.wordpress.com)
Multiply. (Reviewkami.wordpress.com)

Media sosial yang dibuat pada 2003 ini juga sempat populer di kalangan generasi ‘90-an. Namun emang masih kalah terkenal dibandingkan Friendster.

Gak kalah asyik dengan Friendster saat itu, Multiply menawarkan fitur-fitur yang menarik. Mulanya medsos ini mirip-mirip seperti blog. Di sini pengguna bisa berbagai foto dan video.

Selain itu, demi menarik minat pasar di Asia Tenggara, Multiply membangun kantornya di Jakarta dan Filipina tahun 2012.

Sayangnya, keuntungan yang dinanti medsos ini gak kunjung datang hingga akhirnya tutup pada 31 Mei 2013.

3. Yahoo! Messenger

Yahoo Messenger. (Shutterstock)
Yahoo Messenger. (Shutterstock)

Produk Yahoo yang satu ini populer banget pada masanya. Media sosial ini dipakai banyak orang di berbagai negara. Penggunanya mencapai ratusan juta orang.

Selain karena pemilik akun email Yahoo otomatis menjadi pengguna Yahoo! Messenger, medsos ini juga menawarkan fitur yang bikin penggunanya nyaman buat memakainya. Makanya medsos chit chat ini lebih laris dari pesaingnya, mIRC.

Nyatanya, kejayaan Yahoo! Messenger gak bisa bersaing. Medsos yang dirilis tahun 1998 ini akhirnya resmi ditutup pada 17 Juli 2018.

4. Migme

MigMe. (Thewest.com.au)
MigMe. (Thewest.com.au)

Meskipun belum ada kabar resmi, Migme udah gak bisa diakses sejak awal 2018. Dulunya media sosial ini dikenal dengan nama mig33.

Emang medsos yang dirintis tahun 2005 oleh Steven Goh dan Mei Lin Ng ini kurang populer dibandingkan medsos yang disebutkan di atas. Namun, faktanya pengguna medsos ini cukup banyak, tersebar di Bangladesh, Nepal, Indonesia, India, hingga Afrika. Rata-rata penggunanya memanfaatkan Migme sebagai sarana buat cari jodoh.

Terakhir, seperti yang dikabarkan Tech in Asia, Steven Goh, bos Migme sekaligus Shopdeca dan Hipwee, menyatakan sedang mengalami kesulitan dalam mencari pendanaan. Bisa jadi ini menjadi sebab kenapa medsos ini akhirnya offline.

Itu tadi empat media sosial yang sempat mencicipi manisnya popularitas hingga akhirnya merasakan pahitnya ditinggalkan.

Sebenarnya, dalam bisnis itu, bangkrut adalah hal yang biasa. Makanya buat bisa bertahan, perusahaan perlu terus berinovasi. Inilah yang terus dilakukan media sosial yang masih eksis hingga sekarang seperti Facebook, Twitter, hingga Instagram.