Bisa Digaji Hingga Rp 70 Juta, Ini Syarat Utama Jadi Petarung MMA yang Perlu Diketahui

Bisa Digaji Hingga Rp 70 Juta, Ini Syarat Utama Jadi Petarung MMA yang Perlu Diketahui

Profesi petarung MMA atau bela diri campuran mungkin dulu bukan apa-apa. Namun seiring adanya perkembangan dalam tren dunia olahraga belakangan ini, gak sedikit atlet berprestasi Tanah Air terutama yang berkompetisi di cabang olahraga bela diri memutuskan untuk menekuni profesi tersebut.

Sesuai dengan namanya, bela diri campuran adalah sebuah pertarungan bebas intinya tiada ampun. Para petarung akan masuk ke dalam kerangkeng segi delapan alias oktagon.

Dan meski lawan jatuh, maka pertarungan itu tetap berlanjut. Buat petarung MMA yang menguasai teknik pertarungan bawah (ground fighting) seperti Jiu-jitsu, Sambo, atau gulat, mereka tentu lebih bisa mendominasi di petarungan bawah.

MMA juga bukan sekadar olahraga melainkan juga hiburan. Itu sebabnya, para petarung MMA kerap jadi selebriti. Walaupun petarung Indonesia belum setajir di luar negeri, tapi intinya mereka bisa tampil di televisi. Mereka pun bisa punya pengikut banyak di Instagram dan berpotensi jadi brand ambassador.

Tertarik untuk jadi petarung seperti mereka? Jangan gegabah dulu mau ikut audisi ya, pastikan dulu kamu memenuhi kriteria di bawah ini.

1. Sehat jasmani

Petarung MMA (Ilustrasi).

Namanya juga mau berkelahi, badan tidak boleh sakit-sakitan. Kalau badannya saja gak fit bagaimana mau digembleng latihan fisik yang keras.

Asal kamu tahu, pertarungan MMA berlangsung selama tiga ronde. Dan masing-masing ronde berlangsung selama lima menit! Itu artinya lebih lama ketimbang tinju atau Muay thai.

Latihan petarung MMA sama saja seperti latihan atlet. Luar biasa keras, belum lagi ketika sesi timbang badan, berat badan kamu harus sama dengan lawan. Kalau kelebihan, kamu bakal di denda, tapi kalau kurang, kamu bakal sulit ngalahin lawan di oktagon.

2. Berpengalaman dan sudah sering tanding

Kejuaraan ini memang diprioritaskan oleh atlet-atlet yang sudah berpengalaman (Ilustrasi).

MMA yang sering kamu lihat di TV One, SCTV, dan Fox Sport bukanlah kejuaraan amatir. Ini adalah profesional.

Oleh karena itu, kejuaraan ini memang diprioritaskan oleh atlet-atlet yang sudah berpengalaman. Setidaknya mereka yang sudah bertanding di PON, SEA GAMES, Asian Games, atau minimal kejuaraan sekelas Porda (Pekan Olahraga Daerah).

Apakah bisa mereka yang baru saja belajar MMA langsung turun di kejuaraan tersebut? Bisa, tapi gak jaminan menang.

Jika kamu memang memiliki cita-cita ini, setidaknya ikut saja di kejuaraan MMA amatir. Rasakan dulu pengalaman pertama di oktagon sebelum terjun ke kejuaraan profesional.

3. Bisa menghibur penonton

Seperti yang disebutkan di atas, kejuaraan ini sifatnya juga merupakan hiburan. Gak seru kalau cuma bertarung saja.

Untuk bisa menghibur penonton, bukan berarti kamu yang mau jadi petarung MMA harus menyulut kontroversi dulu seperti Conor McGregor. Namun setidaknya menghibur dalam menyajikan pertarungan yang mengesankan.

Tentunya, harus “rapih” dalam teknik bertarung, tidak bertarung layaknya orang tawuran di jalanan. Selain itu, ada nilai plus juga jika kamu memiliki tubuh yang atletis alias six pack.

4. Tergabung sebagai petarung di sebuah sasana

Petarung MMA (Ilustrasi).

Hampir gak mungkin seorang petarung MMA bisa tampil tanpa dukungan sasana. Sasana di Jabodetabek jumlahnya banyak, tapi belum tentu kamu bisa bertarung dengan membawa nama sasana mereka.

Mereka tentu ingin melihat bagaimana gaya bertarung kamu dan sebagainya. Masing-masing sasana juga punya kriteria tersendiri buat para petarung nya begitu pula dengan sistem bagi hasil ketika kamu mendapat royalti dari kemenanganmu di sebuah pertandingan. Jelas saja, wong kamu bakal dapat fasilitas latihan gratis di sana.

Memilih sasana juga hampir mirip dengan milih pacar. Kalau salah pilih yang ada kamu gak bakalan betah dan semangat latihan.

Itulah empat syarat yang harus dipenuhi oleh para petarung MMA profesional. Apakah kamu memenuhi persyaratan ini?

Bisa dibilang, profesi yang satu ini memang bisa bikin kaya. Sebut saja di One Pride seorang pemenang bisa mendapatkan uang Rp 7 juta sekali pertandingan, sementara itu yang kalah Rp 2,5 juta.

Meski demikian, jika kamu bertanding di ajang One Championship. Honor sekali menang bisa mencapai US$ 2.500 atau setara dengan Rp 38 juta atau bisa juga mencapai US$ 5 ribu atau Rp 76 juta jika sudah top. Sedangkan kalau kalah mendapat belasan juta Rupiah.

Meski menggiurkan, tapi profesi ini sifatnya bak pedang bermata dua.

Ketika kamu kalah, maka honor yang didapat gak terlalu besar. Belum lagi jika ternyata kamu mengalami cedera parah, tentu saja uang tersebut gak akan cukup untuk berobat. Asuransi pun gak mau menanggung risikonya lho.

Dan pendapatan itu sifatnya gak pasti. Kamu tetap harus cari kerja sampingan lain, sebut saja menjadi instruktur olahraga, beladiri, dan sebagainya. (Editor: Winda Destiana Putri).