Cerita Unik Kota Dubai, dari Hamparan Padang Pasir Tandus jadi Metropolitan

Pemandangan Dubai yang diselimuti kabut. (Shutterstock)

Siapa sih yang gak tahu Dubai, sebuah kota yang super megah di Uni Emirat Arab? Gedung-gedung pencakar langit banyak kamu temui di sini. Salah satunya yang paling populer dan ikonik ya bangunan tertinggi di dunia, Burj Khalifa.

Mobil-mobil mewah berlalu-lalang di jalanan juga tak sulit dijumpai. Ya, Dubai termasuk kota terkaya saat ini. Dubai juga menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan mancanegara. Karena kota ini menawarkan berbagai spot-spot wisata menarik yang bakal membuat kita tercengang.

Contohnya adalah The Dubai Fountain, sebuah arena air mancur menari yang bisa dikatakan terbesar di dunia. Bagaimana tidak, air mancur ini mampu menyemburkan air setinggi gedung 50 lantai. Sangat indah lah pokoknya.

Air mancur menari di Dubai Fountain. (Shutterstock)
Air mancur menari di Dubai Fountain. (Shutterstock)

Kemudian ada Big Red. Nah, ini wajib banget kamu kunjungi nih. Kalau belum ke sini saat berkunjung ke sana, rasanya belum sah ke Dubai. Big Red merupakan hamparan padang pasir berwarna kemerahan yang khas timur tengah banget deh pokoknya.

Berbagai aktivitas menarik juga bisa dilakukan seperti sandboarding di antara bukit-bukit pasir. Wah pasti asyik banget ya!

Dubai merupakan kota penyumbang terbesar pendapatan buat negara Uni Emirat Arab. Semuanya berasal dari bisnis pertambangan, retail, properti, industri penerbangan, dan pelabuhan.

Tapi tahu gak kalau dulu ternyata Dubai hanya hamparan padang pasir saja? Lalu, bagaimana ceritanya kok bisa bertransformasi menjadi kawasan super elite di Timur-Tengah? Simak aja ulasan lengkapnya berikut ini.

Baca juga: Gak Perlu Mahal, Ini 6 Spot Wisata Gratis di Tokyo Jepang

Hanya hamparan padang pasir

Kawasan padang pasir di Dubai yang disebut Big Red. (Shutterstock)
Kawasan padang pasir di Dubai yang disebut Big Red. (Shutterstock)

Dubai dulu hanyalah sebuah tanah luas yang terdiri dari hamparan padang pasir tandus. Buat ditanamin tanaman aja kayaknya gak bisa deh, saking tandusnya.

Sejak tahun 1800-an Dubai merupakan sebuah kota pelabuhan. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan, pedagang, dan penyedia makanan bagi para pedagang yang singgah. Komoditas andalannya saat itu adalah mutiara.

Saat dubai mulai dikenal berkat mutiaranya, banyak pedagang-pedagang dari Iran, India, dan bangsa Arab lainnya mulai bermigrasi. Namun, ketika mutiara tiruan mulai marak di Jepang sekitar tahun 1950-an, bisnis ini mulai lesu dan mereka mengalami perkembangan ekonomi yang stagnan. Perkembangan ekonomi dubai bahkan mengalami kerentanan yang parah saat itu

Hingga akhirnya perkembangan Kota Dubai mulai berubah saat ditemukannya sumber minyak dunia di sini.

Baca juga: Kamu yang Berkantong Tebal, Liburan ke Negara-Negara Eropa Ini Aja

Ditemukannya sumber minyak dunia

Kilang minyak di Dubai. (Shutterstock)
Kilang minyak di Dubai. (Shutterstock)

Momen bersejarah inilah yang membuat Dubai berubah 180 derajat, sebuah titik tonggak kemajuan Dubai di abad ke-20. Tepat tahun 1966, ladang minyak Fateh ditemukan di Dubai.

Kota di Teluk Arab ini ternyata menyimpan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara di dunia. Negara-negara bagian tetangga Dubai seperti Qatar dan Abu Dhabi pun mulai menemukan sumber-sumber minyaknya.

Negara bagian (Emirate) ini berinisiatif untuk membentuk sebuah negara baru tahun 1971. Hal ini bertujuan untuk melindungi dan mendistribusikan kekayaan mereka di Teluk Arab secara adil. Kini kita mengenalnya sebagai sebuah negara yang bernama Uni Emirat Arab.

Semenjak Uni Emirat Arab dibentuk, pembangunan di Dubai dan negara bagian lainnya berkembang pesat. Semua itu berkat hasil minyak bumi yang melimpah.

Tercatat produksi minyak negara-negara bagian di Uni Emirat Arab bisa lebih dari 3 juta barel per hari. Sementara itu, konsuminya hanya sekitar 4% dari jumlah produksi itu. Sisa dari minyak tersebut diekspor dan dijual ke negara-negara lain yang menjadi sumber pundi-pundi uang Uni Emirat Arab.

Pembangunan kota dan kesejahteraan sosial terus dikebut dalam kurun waktu kurang dari setengah abad atau kurang lebih 50 tahun. Dubai ikut turut serta bertumbuh secara pesat dengan pembangunan-pembangunan yang sangat ajaib.

Terbukti, dua bangunan yang dikategorikan deretan bangunan tertinggi di dunia ada di Dubai, yakni Burj Al Arab dan Burj Khalifa.

Baca juga: Ngapain Prewed di Luar Negeri? 7 Destinasi Ini Tawarkan Pemandangan Indah Lho

Menjadi kawasan properti super elite

Dubai. (Shutterstock)
Dubai. (Shutterstock)

Seiring dengan meningkatnya keuntungan yang diperoleh berkat minyak bumi, infrastruktur di Dubai juga berkembang pesat. Perlahan-lahan, kota yang dulunya hanya terdiri dari hamparan padang pasir, berubah jadi hutan beton, yakni gedung-gedung pencakar langit.

DIkutip dari Emirates247, setidaknya ada lebih dari 150 negara yang tertarik untuk berinvestasi properti di Dubai. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang sangat menguntungkan bagi para investor.

Pertama, pemerintah memiliki komitmen kuat terhadap pembangunan infrastruktur. Dubai telah memiliki beberapa rancangan pembangunan yang akan dikebut hingga 2020, seperti pembangunan Metro 2020. Selain itu, ada pula perkembangan pembangunan resor yang terus dilakukan mengingat Tempat ini sudah menjadi pusat wisata di Timur Tengah.

Kedua, adanya pasokan permintaan yang terjamin dan terkontrol oleh pemerintah Uni Emirat Arab.

Ketiga, dengan likuiditas yang kuat, diketahui bahwa indeks penjualan properti di kota ini sangat stabil.

Pada tahun 2016 misalnya, salah satu perusahaan properti terbesar di Dubai, Emmar, mendapatkan kenaikan keuntungan sebesar 56% dalam waktu 3 bulan. Dengan total besaran kenaikannya 1,61 miliar dirham atau lebih dari Rp 5 triliun.

Jadi, wajar saja jika sekarang kota ini dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit dan kawasan elite.

Dari kota nelayan, menjadi pusat wisata dunia

Dubai. (Shutterstock)
Dubai. (Shutterstock)

Properti terus berkembang, demikian pula bisnis pariwisata di Dubai. Seperti udah disebut di atas, Burj Khalifa jadi salah satu spot wisata utama di Dubai. Gedung ini memiliki tinggi 828 meter.

Dari lantai 124 gedung ini, kamu bisa memandangi kemegahan kota ini. Jika kamu tertantang, kamu juga bisa lho nongkrong-nongkrong di The Top Sky Lounge di lantai 148.

Pemandangan dari atas Burj Khalifa. (Shutterstock)
Pemandangan dari atas Burj Khalifa. (Shutterstock)

Buat kamu yang udah bosen melihat kemegahan kota ini dengan segala modernitasnya, kamu bisa berkunjung ke Dubai Creek. Ini merupakan tempat bermulanya peradaban Dubai hingga bisa menjadi semodern sekarang. Di sini masih dulu adalah desa di mana suku Bani Yas bermukim. Orang-orang suku ini bekerja sebagai nelayan, menangkap ikan dan mencari mutiara.

Selain itu, masih banyak lagi spot-spot menarik yang bisa kamu kunjungi di sini. Kalau kamu tertarik berlibur ke sini, mungkin perlu merogoh kocek agak dalam ya. Soalnya karena kota ini termasuk kota mahal.

Tiket pesawatnya juga bisa dibilang gak murah lho. Dikutip dari Traveloka, harganya bervariasi. Untuk sekali berangkat dari Jakarta ke Dubai, tiket yang ditawarkan mulai dari harga Rp 4 jutaan, sementara harga tiket Dubai ke Jakarta juga Rp 4 jutaan. (Editor: Ruben Setiawan)