Tutup Enam Supermarket, Gimana Performa Saham HERO yang Jadi Induk Giant?

Giant Supermarket

Masih ingat dengan ditutupnya beberapa ritel ternama sepanjang tahun 2017-2018? Nah, tahun ini peristiwa tersebut terjadi lagi. Giant Supermarket diberitakan menutup sejumlah gerainya di wilayah Jabodetabek.

Agar penutupan ini sesuai rencana, Giant Supermarket memberi diskon besar-besaran kepada para pembeli. Besarya diskon yang ditawarkan gak tanggung-tanggung, hingga 50 persen!

Santernya kabar ini membuat orang-orang berbondong-bondong mendatangi Giant yang bakal ditutup. 

Beberapa Giant yang resmi ditutup adalah Giant Ekspres Cinere Mall, Giant Ekspres Mampang, Giant Ekspres Pondok Timur, Giant Ekstra Jatimakmur, Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur, hingga Giant Ekstra Wisma Asri.

Sampai saat ini, belum ada keterangan resmi dari PT Hero Supermarket, Tbk. yang menaungi Giant Supermarket. 

Namun, ada dugaan kalau penutupan ini karena ketidakmampuan menghidupi toko itu sendiri. Begitu seperti diungkap Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia ( Aprindo) Tutum Rahanta kepada Kompas.

Menariknya, apakah benar ada masalah dalam keuangan PT Hero Supermarket, Tbk.? Lalu, seperti apa performa saham Hero Supermarket belakangan ini? Berikut, ulasannya:

1. IPO sejak 21 Agustus 1989, saham Hero Supermarket sekarang jauh lebih rendah dari harga perdana

Giant Supermarket
Harga saham Giant Supermarket lebih rendah dari harga perdana sejak IPO

Hero Supermarket yang menjadi induk Giant Supermarket resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 21 Agustus 1989. Dengan kode saham HERO, sahamnya saat itu dilepas seharga Rp 7.200 per lembar.

Alih-alih bakal terus meningkat dari waktu ke waktu, ternyata pergerakan harga saham HERO gak begitu memuaskan. Buktinya, harga per lembarnya sekarang jauh lebih rendah dari harga perdananya, yaitu sekitar Rp 800-an.

Mungkin aja krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998 turut berdampak pada bisnis Hero Supermarket, Tbk. Meski sempat menyentuh angka Rp 5.450 per lembar pada 22 Februari 2013, harganya kemudian merosot hingga berada di harga sekarang.

2. Pendapatannya selama lima tahun terakhir cenderung naik turun dan profitnya dua kali minus

Giant Supermarket
Pendapatan Giant Supermarket selama lima tahun terakhir cenderung naik (IDX)

Berdasarkan data dari IDX, pendapatan atau revenue yang diperoleh Hero Supermarket, Tbk. cenderung naik turun dalam lima tahun terakhir. Dari revenue Rp 13,56 triliun pada 2014, revenue Hero naik menjadi Rp 14,35 triliun pada 2015.

Namun, dari 2016 hingga 2018, revenue yang dicetak merosot. Pada 2018, Hero Supermarket mencetak revenue sebesar Rp 12,97 triliun.

Nasib yang gak jauh berbeda juga terjadi pada profit yang dicetak induk Giant Supermarket ini. Pada 2014, Hero membukukan profit sekitar Rp 44 miliar. Namun, profitnya di tahun 2015 minus sebesar Rp 144 miliar. 

Pada 2016, Hero mencetak profit kembali sekitar Rp 121 miliar. Namun, minus kembali pada 2017 dengan angka minus Rp 191 miliar.

3. Bukan saham blue chips dan kurang likuid buat diperdagangkan

Giant Supermarket
Giant Supermarket bukan saham blue chips dan kurang likuid diperdagangkan

Dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp 3,51 triliun, saham HERO bukanlah golongan saham blue chips. Saham baru dibilang saham blue chips asalkan kapitalisasi pasarnya lebih dari Rp 10 triliun. Saham blue chips terbilang aman dan bagus untuk investasi.

Selain gak masuk saham blue chips, saham HERO juga gak cukup likuid untuk diperdagangkan. Penawarannya per sesi I 24 Juni 2019 lebih besar dari permintaannya. Mau gak mau harus sangat bersabar dalam menjual dan memetik untung dari saham ini.

4. Mayoritas saham induk Giant Supermarket dipegang perusahaan Hong Kong Dairy Farm

Giant Supermarket
Giant Supermarket (Dairyfarmgroup)

Porsi terbesar kepemilikan saham Hero Supermarket, Tbk. dikuasai perusahaan ritel asal Hong Kong, yaitu Dairy Farm.

Melalui anak perusahaannya, Mulgrave Corporation BV, saham HERO yang dimiliki Dairy Farm sebanyak 2,66 miliar lembar atau sekitar 63,59 persen.

Ini masih ditambah dengan kepemilikan langsung The Dairy Farm Company Ltd. sebesar 729 juta lembar atau sekitar 17,45 persen. Sementara PT Hero Pusaka Sejati yang dirintis MS Kurnia cuma memiliki 2,68 persen. Sekitar 11,56 persen saham HERO dimiliki publik.

5. Bukan cuma Giant Supermarket, Hero Supermarket, Tbk. juga menaungi Guardian dan IKEA

Giant Supermarket
Selain Giant Supermarket, Hero Tbk menaungi IKEA dan Guardian (hero.co.id)

Hero Supermarket, Tbk. diketahui gak cuma menjadi induk bisnis dari Giant Supermarket lho. Grup ritel ini juga menaungi Guardian dan IKEA, serta Hero Supermarket yang ada di beberapa wilayah.

Ritel Guardian sendiri seperti yang kamu tahu adalah ritel yang menyediakan produk farmasi dan obat-obatan alias apotek. Ritel yang dikembangkan Hero sejak 1990 ini telah memiliki 272 gerai.

Terus HERO mendapat hak waralaba dari IKEA dan mulai membuka gerainya pada tahun 2014. Sejauh ini gerai IKEA sendiri cuma satu yang berlokasi di Alam Sutera. Kalau gerai HERO sendiri, cuma ada 32. Sementara gerai Giant diketahui sekitar 134 gerai.

6. Secara teknikal, saham HERO gak direkomendasikan buat investasi

Giant Supermarket
Giant Supermarket (Chartnexus.com)

Pergerakan harga saham HERO kurang begitu menggembirakan. Kalau dilihatnya dengan moving average, pergerakan harganya cenderung datar, gak naik ataupun turun.

Pergerakan harga saham HERO sendiri sempat mengalami downtrend dari 2017 hingga 2018. Sejak itu pergerakan harganya cenderung datar. Entah gimana nantinya pergerakan harga saham ini.

Namun, dari indikator MACD per 24 Juni, pergerakan harganya terlihat berada di titik bakal naik atau turun. 

Itulah seputar informasi performa saham HERO yang jadi induk Giant Supermarket. Semoga informasi di atas bermanfaat! (Editor: Chaerunnisa)