6 Faktor yang Memengaruhi Keputusan Membeli Rumah

pasangan baru telah memutuskan membeli rumah

Apa iya gaji setiap bulan lebih dari Rp 10 juta menjadi alasan untuk membeli rumah? Sebenarnya, faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keputusan membeli rumah?

Kebanyakan orang di Indonesia menyimpan harapan memiliki rumah sendiri. Begitu juga generasi milenial yang rata-rata usianya di atas 30 tahun, dan rata-rata telah berkeluarga.

Namun, membeli rumah perlu mempertimbangkan banyak hal. Pasalnya, keputusan yang diambil berefek langsung terhadap keuangan. 

Salah ambil keputusan bisa saja membuat kondisi keuangan memburuk. Nah, kalau kamu berada di ambang kebingungan mengambil keputusan, ulasan ini boleh banget dijadikan pertimbangan.

Survei: 73 persen pengambil keputusan membeli rumah adalah pria

survei membeli rumah

Minat orang-orang di Indonesia untuk memiliki properti sendiri ternyata masih tinggi. Consumer Affordability Sentiment Index dari Rumah.com menunjukkan tingkat minat orang-orang Indonesia membeli properti (termasuk membeli rumah) tiap tahunnya.

Menariknya, data tersebut mengungkapkan pria jadi pengambil keputusan membeli rumah dengan persentase 73 persen. Bahkan, pengaruh pria dalam mengambil keputusan terbilang tinggi, yaitu 50 persen.

Survei: minat membeli properti mencapai 55 persen

survei minat membeli properti

Minat responden membeli properti (termasuk membeli rumah) menurut data Consumer Affordability Sentiment Index mencapai 55 persen pada semester pertama tahun 2019. 

Persentase ini memang cukup tinggi. Namun, dibandingkan semester pertama tahun 2018, persentase semester pertama tahun 2019 ternyata menurun.

Pada 2018 di semester pertama, minat orang-orang di Indonesia buat membeli properti mencapai 63 persen. Data tersebut juga memaparkan minat beli properti orang-orang Indonesia pada usia 30 – 39 tahun yang mencapai 56 persen.

Survei: minat membeli di usia 30 – 39 tahun mencapai 56 persen

survei minat membeli rumah berdasar usia

Survei tersebut juga menunjukkan, mereka yang di usia 21 – 29 tahun paling tinggi minatnya dalam membeli properti dengan persentase mencapai 58 persen.

Sementara mereka yang di usia 30 – 39 tahun punya minat membeli rumah sekitar 56 persen. Lalu, usia 40 – 49 tahun punya minat membeli rumah dengan persentase 54 persen.

Survei: minat mereka beli rumah yang gajinya Rp 7 juta – Rp 15 juta capai 56 persen

survei beli rumah sesuai dengan range gaji

Minat responden dengan gaji Rp 7 juta – Rp 15 juta dalam membeli rumah ternyata mencapai 56 persen. Persentase ini masih kalah dengan mereka yang punya gaji lebih dari Rp 15 juta.

Minat tinggi, Backlog juga tinggi dan bikin harga rumah ikut tinggi

minat tinggi

Survei Consumer Affordability Sentiment Index dari Rumah.com memberi gambaran tingginya minat orang-orang di Indonesia, termasuk mereka yang berusia di atas 30 tahun dalam membeli rumah.

Namun, minat yang tinggi itu sepertinya belum bisa diimbangi dengan ketersedian unit rumah di Indonesia. Ini bisa dilihat dari Backlog Kepemilikan yang datanya disediakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Backlog Kepemilikan dihitung berdasarkan angka persentase rumah tangga (home ownership rate) yang menempati rumah milik sendiri. Nah, jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah mencapai (Backlog Kepemilikan) per Maret 2019 mencapai 7,6 juta unit.

Angka Backlog sebenarnya turut memengaruhi harga rumah. Backlog bisa diartikan sebagai kurangnya pasokan properti atau rumah.

Sebagaimana hukum penawaran (supply) dan permintaan (demand), permintaan yang tinggi terhadap suatu barang, tapi penawarannya kecil menyebabkan kenaikan harga. Begitu juga sebaliknya.

Hukum tersebut berlaku pada harga properti. Tingginya Backlog yang tembus 7,6 juta bikin harga rumah ikutan tinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi angka Backlog, semakin tinggi pula harga jual rumah.

Faktor-faktor apa yang memengaruhi keputusan membeli rumah?

faktor yang memengaruhi keputusan membeli rumah

Ada sejumlah faktor yang memengaruhi orang-orang ketika hendak membeli rumah. Berikut ini adalah faktor-faktor tersebut:

1. Harga rumah

Setiap orang pastinya mau membeli rumah dengan harga rendah. Kalau harganya mahal, mereka tentu aja pikir-pikir dulu buat membelinya sembari mencari harga yang cocok. Setidaknya, harga rumah yang ingin dibeli di bawah Rp 500 juta.

Menurut survei harga properti residensial yang dilakukan Bank Indonesia (BI), orang-orang Indonesia membeli rumah dengan cara mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Harga rumah yang tembus ratusan juta mau gak mau membuat orang membelinya secara kredit (KPR).

2. Besarnya cicilan KPR

Keputusan membeli rumah dengan opsi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ternyata menjadi opsi yang dipilih banyak orang di Indonesia.

Survei harga properti residensial Triwulan IV 2019 yang dilakukan Bank Indonesia (BI) mengungkap 71,88 persen konsumen membeli rumah dengan memanfaatkan fasilitas KPR.

Meski banyak yang memilih KPR untuk membeli rumah, banyak orang yang juga menjadikan besarnya cicilan KPR sebagai faktor yang mempengaruhi mereka dalam membeli rumah.

Katakanlah gajimu Rp 10 juta setiap bulannya. Dengan gaji sebesar itu, kamu lebih mungkin mengambil cicilan KPR maksimal Rp 3 juta. Lebih dari itu, apakah kamu bersedia mengambil KPR tersebut?

Angka Rp 3 juta ini dihitung berdasarkan alokasi 30 persen gaji buat pembayaran kredit atau cicilan. Sekadar diketahui, persentase 30 persentase adalah persentase yang ideal dan aman buat keuangan.

3. Cicilan KPR sudah oke, tapi besaran uang muka?

Faktanya, angka cicilan KPR menyesuaikan dengan besarnya uang muka atau down payment yang harus dibayar. 

Seperti yang diketahui, semakin besar uang muka yang dibayarkan, semakin kecil cicilan KPR yang ditetapkan bank.

Bank Indonesia (BI) sejauh ini telah melonggarkan besaran uang muka KPR. Persentase uang muka KPR buat rumah tipe 21 – 70 sekitar 10 – 25 persen. Sebelumnya, besarannya 15 – 30 persen.

4. Lokasi rumah

Orang-orang yang hendak membeli rumah gak bakal mau memiliki rumah yang lokasinya jauh dari tempat kerja atau jauh dari fasilitas-fasilitas publik.

Jauh dari tempat kerja ataupun fasilitas publik sama artinya dengan menambah alokasi buat ongkos transportasi. Ini masih ditambah dengan lamanya waktu yang dihabiskan di jalan.

Itulah kenapa orang-orang lebih berminat dengan rumah yang dekat fasilitas publik (jalan raya, terminal, stasiun kereta, rumah sakit, sekolah, atau jalan tol). 

Perjalanan yang mereka tempuh lebih efisien karena mudahnya mereka mengakses fasilitas-fasilitas publik tersebut.

Lokasi rumah yang berada di lingkungan aman juga menjadi pertimbangan mereka dalam membeli rumah. Begitu juga dengan kenyamanan dari lingkungan di mana rumah tersebut berada dan ramah bagi anak-anak.

5. Reputasi pengembang (developer)

Memang gak mudah mengambil keputusan membeli rumah. Gimana gak mudah? Dana yang digelontorkan terbilang besar hingga ratusan juta rupiah.

Karena itu, reputasi pengembang (developer) jadi salah satu faktor yang memengaruhi seseorang membeli rumah. Pengembang dengan reputasi baik tentu dicari pembeli karena memberi rasa aman.

Rasa aman seperti apa? Rasa aman di mana pengembang janji membangun rumah hingga jadi ditepati alias gak bawa lari uang muka konsumen.

Rasa aman yang mana pengembang membantu konsumen yang telah bayar DP buat memperoleh pinjaman KPR dari bank.

6. Gak mau tinggal bersama orangtua dan gak mau ngontrak/sewa

Ini juga menjadi faktor yang memengaruhi banyak orang ketika ambil keputusan membeli rumah. Saat mulai membina keluarga sendiri bersama istri dan anak, saat itu pula mereka merasa perlu tinggal di rumah sendiri bukan bersama orangtua.

Bisa saja keluar dari rumah orangtua dengan cara menyewa atau mengontrak rumah. Namun, banyak yang lebih memilih membeli rumah sendiri.

Itulah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli rumah yang dapat dijadikan pertimbangan. Satu hal lagi yang perlu diingat adalah harga rumah yang cenderung naik karena masih tingginya Backlog.

Kalau butuh tips beli rumah, kamu bisa cari tahu di Cara Mudah Beli Rumah Tanpa Pusing Biaya DP. (Editor: Chaerunnisa)