Banyak alasan pekerja keluar dari pekerjaannya atau resign. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menyebutkan selama 2016-2018, alasan berhenti karena kemampuan yang tak sesuai kebutuhan kerja tumbuh paling tinggi, yaitu 280 persen.
Kemudian, disusul masa kerja yang telah berakhir (61 persen), gaji kurang memuaskan (6 persen), dan lingkungan kerja yang tidak nyaman (5 persen). Sementara itu, alasan keluar kerja karena kehamilan, perusahaan bangkrut, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) justru menurun dalam dua tahun terakhir.
Padahal, memasuki era industri 4.0, kemampuan yang harus dimiliki tenaga kerja makin banyak agar tidak digantikan dengan mesin atau otomatisasi. Tenaga kerja dituntut menguasai functional skill kemampuan soal teknologi, matematika, disiplin ilmu yang dipelajari, dan literasi data.
Selain itu pekerja juga butuh memiliki soft skill yakni kemampuan berpikir analitis dan kreatif, komunikasi, mudah beradaptasi, serta kewirausahaan.
Untuk memutuskan resign kerja dibutuhkan berbagai pertimbangan yang matang supaya ke depannya kamu gak nyesel. Gak cuma itu, ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebagai prosedur umum dalam sebuah perusahaan. Langkah-langkah itu, meski gak terlalu rumit, gak boleh juga disepelekan.
Siapa sih orang yang pengin keluar dari sebuah pekerjaan yang udah menafkahi hidupnya? Namun pada kenyataannya kejadian seperti itu masih biasa dilakukan, terutama oleh karyawan perusahaan swasta.
Banyak faktor yang menyebabkan seorang karyawan memilih untuk keluar kerja, mulai dari gaji yang dirasa kurang sesuai, lingkungan kerja gak mendukung, sampai jenjang karier yang segitu-segitu aja.
Sebelum memutuskan untuk mencari tempat kerja yang baru, sebaiknya kamu bicarakan hal yang mengganggu tersebut ke pihak HRD atau atasan kamu langsung. Siapa tahu bisa terselesaikan dengan baik dan mengurungkan niatmu untuk resign.
Angka Pengangguran Menurun
Sementara itu, kendati secara agregat angka pengangguran menurun, tapi dilihat dari tingkat pendidikannya lulusan diploma dan universitas makin banyak yang tidak bekerja. Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama merilis kondisi ketenagakerjaan Indonesia per Februari 2019.
Data menunjukkan angka pengangguran turun menjadi 5,01 persen atau berkurang 50 ribu orang selama satu tahun terakhir. Tingkat penggangguran terbuka (TPT) per Februari 2019 berjumlah 6,82 juta orang.
“Ada tren penurunan tingkat pengangguran terbuka sejak Februari 2016,” kata Kepala BPS Suhariyanto seperti dikutip dari Katadata.co.id.
Ada sejumlah faktor yang dinilai menyebabkan peningkatan pengangguran terdidik tersebut. Salah satunya, pendidikan rendah cenderung lebih menerima pekerjaan apa pun. Ini berbeda dengan mereka yang pendidikannya lebih tinggi.