Cuma Lulusan SD, Ini Kisah Sukses Pendiri Warteg Kharisma Bahari

Cuma Lulusan SD, Ini Kisah Sukses Pendiri Warteg Kharisma Bahari

Warung Tegal atau yang biasa disingkat warteg udah menjadi tempat andalan bagi warga Jakarta dan sekitarnya buat menghilangkan rasa lapar. Kenapa menjadi andalan? Ada beberapa keistimewaan yang ditawarkan, seperti pilihan makanan yang variatif, juga harganya yang murah.

Bagi masyarakat Jakarta khususnya para pegawai kantoran, warteg seolah udah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Alih-alih menghemat pengeluaran, warteg jadi pilihan pas di setiap kesempatan makan siang.

Kalau anak kosan, biar hidup makin ngirit ya makan pagi, siang, malem ngewarteg aja. Ada satu lagi yang menjadi daya tarik lebih bagi warteg, yaitu lokasi mereka yang hampir di setiap tikungan ada. Jadi gak perlu pusing-pusing nyari lagi deh kalau lapar.

Beralih dari sudut pandang pelanggan, kita coba beralih ke sudut pandang si pemilik warteg alias pengusahanya. Warteg, meski menawarkan makanan dengan harga yang bisa dibilang murah, ternyata juga bisa jadi ladang pendapatan yang fantastis.

Asal menjalankannya dengan sungguh-sungguh, telaten, dan penuh inovasi pendapatan puluhan juta per bulan bisa saja didapatkan.

Salah satu orang yang sukses menjalankan bisnis ini adalah Yudhika. Pria kelahiran Tegal tahun 1973 ini sukses menaklukkan Kota Jakarta dan sekitarnya dengan Warteg Kharisma Bahari.

Kamu pasti udah familiar dengan nama warteg itu kan? Ya, kalau melihat warteg yang dari luar bersih dan memiliki penerangan super terang kaya supermarket dengan desain didominasi warna hijau, itulah warteg Kharisma Bahari.

Kharisma Bahari bukan hanya sekedar bisnis warteg biasa, Yudhika menawarkan sistem waralaba buat memperluas cabangnya. Oleh karenanya jumlah mereka warteg ini udah mencapai ratusan yang tersebar di Jabodetabek. Penasaran bagaimana kisah mulanya? Yuk, simak ulasannya di bawah sini.

Baca juga: Punya Uang Miliaran dari Kasih Nama Bayi, Ini Cerita Miliarder Muda Berusia 19 Tahun!

Pengusaha warteg yang hanya bermodalkan ijazah SD dan pernah berdagang asongan

Yudhika pendiri Warteg Kharisma Bahari yang laku keras, (Okky Budi Permana/MoneySmart.id).

Yudhika terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ayah dan Ibunya merupakan seorang petani, tapi sesungguhnya mampu buat menyekolahkannya hingga SMA. Namun, layaknya anak kecil pada umumnya, ia justru lebih senang bermain ketimbang belajar.

Prestasi akademis bapak beranak tiga ini juga biasa-biasa aja. Ia mengaku gak pernah mendapatkan rangking dari kelas 1 sampai 6.

Itulah yang memantapkan dirinya gak melanjutkan sekolah hingga ke SMP. Puncaknya, ketika dirinya melihat teman-teman sebayanya pada saat SD mampu membeli segalanya, di situlah keinginannya mencari uang sendiri muncul.

“Saya itu, dulu mau beli apa-apa harus kerja dulu, disuruh bantu di sawah lah, baru dikasih uang” kata Yudhika saat ditemui di warungnya di Cilandak.

Karena saking malasnya, ia memutuskan buat gak melanjutkan sekolah dan hijrah ke Jakarta. Di tahun 1990-an, ia ikut kakaknya yang udah lebih dulu menetap di Jakarta.

Kerasnya Ibu Kota membuatnya mesti berpikir keras buat mendapatkan uang. Berjualan asongan dengan gerobak seadanya yang dipangkal di sebelah warung Tegal kakaknya di Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur. Profesi ini terus ia lakoni hingga sampai memiliki seorang anak.

Dengan berjualan sebagai asongan, Yudhika mengaku senang karena bisa membeli barang yang ia inginkan.

Baca juga: Hadiri Acara Pendukung Jokowi, Begini Karier Pengusaha Anindya Bakrie

Dagang asongan, buka warteg pertama bareng mertua, hingga ngasong lagi!

Dagang asongan, buka warteg pertama bareng mertua, hingga ngasong lagi!, (Okky Budi Permana/MoneySmart.id).

Setelah sekian tahun menjalani profesi pedagang asongan yang gak jarang kejar-kejaran dengan Pol PP, Yudhika memutuskan buat mengikuti jejak kakaknya membuka warung tegal. Saat itu, Yudhika sedang berpacaran dengan seseorang yang kini diketahui sebagai istri, karena kedekatannya dengan si mertua, akhirnya Yudhika diajak membuka warteg.

Dengan harapan mendapatkan kehidupan yang layak dibukalah warteg pertamanya di daerah Pulo Gadung juga. Tapi ternyata warteg tersebut juga gak bertahan lama, ia pun bingung lantaran saat itu kondisinya tengah memiliki istri dan seorang anak.

Demi memenuhi kebutuhan, Yudhika kembali menggeluti pekerjaan pertamanya sebagai pedagang asongan di terminal.

Baca juga: Lebih Kaya dari Hary Tanoe, Ini Fakta Donald Sihombing yang Miliki Kekayaan Rp 19 T

Ditipu teman, jadi awal suksesnya menjadi pengusaha warteg

Ditipu teman, jadi awal suksesnya menjadi pengusaha warteg, (Okky Budi Permana/MoneySmart.id).

Saat itu tahun 1997-1998, Indonesia tengah diterpa krisis moneter. Di saat perekonomian tengah carut marut, dan bisnis asongannya begitu-begitu aja. Salah seorang teman Yudhika dari Tegal menawarinya bermitra buat membuka warteg kembali.

Bukan membangun dari awal, tapi mengambil alih bisnis warteg orang lain yang sudah mau bangkrut. Saat disepakati, ternyata, warteg tersebut udah dalam rencana akan digusur. Yudhika pun bingung dan merasa kesal karena telah ditipu.

Tapi, ia beruntung dan diselamatkan oleh reformasi. Tahun 1998, saat itu kerusuhan di Ibu Kota Jakarta mulai terjadi. Berkat kerusuhan itu, rencana penggusuran pun dibatalkan dan warteg tersebut dapat bertahan hingga 10 tahun lamanya.

Dari hasil berjualan ini, ia kemudian memilih buat membuka warung Tegal sendiri yang kemudian jadi Warteg Kharisma Bahari.

Sulitnya dapat tempat sewa, jadi cikal bakal berdirinya warteg bersih dan terang Kharisma Bahari

Sulitnya dapat tempat sewa, jadi cikal bakal berdirinya warteg bersih dan terang Kharisma Bahari, (Okky Budi Permana/MoneySmart.id).

Setelah berhasil mengumpulkan modal, Yudhika kemudian memberanikan diri untuk membuka wartegnya sendiri dengan brand sendiri. Sekitar 15 tahun yang lalu, ia mulai mencari lokasi atau rumah kecil yang bisa disewakan untuk membuka usahanya.

Tapi ternyata, ia selalu mendapatkan penolakan ketika hendak menyewa lokasi untuk warteg. Alasannya, banyak pemilik lahan yang ogah menyewakan tempatnya untuk dibangun bisnis warteg dengan alasan kotor.

Stigma warteg yang kotor itulah yang membuatnya untuk membuka warteg bersih dan terang yang kini dikenal Warteg Kharisma Bahari. Meski tak menyebutkan secara rinci berapa modal awalnya, tapi ia membangunnya dengan cara bertahap di kawasan Cilandak.

Pertama ia membangun dengan bermodalkan triplek, ada keuntungan lebih, ia renov menjadi tembok. Setelah mendapatkan keuntungan lebih ia mulai memasang keramik hingga ke dinding-dinding.

Waralaba bermula dari membantu seorang teman

Kikil salah satu menu andalan di warteg Kharisma Bahari, (Okky Budi Permana/MoneySmart.id).

Setelah wartegnya mulai ramai, ia kewalahan mengurusnya berdua dengan sang istri. Satu per satu temannya dari Tegal mulai diajak untuk bekerja di warungnya.

Setelah beberapa tahun ikut dengan Yudhika, temannya ini memiliki keinginan buat membuka jenis usaha yang sama, tapi modal yang dimilkinya baru Rp 80 juta. Yudhika pun menawarkan pinjaman modal, tanpa bunga, dan tanpa tenggat waktu.

Artinya, temannya ini bebas mau bayar hingga kapan saja dan dengan jumlah cicilan perbulannya yang disesuaikan dengan kemampuannya. Setelah warteg temannya jadi, mereka pun sepakat buat menamai warteg ini dengan nama Kharisma Bahari, dan dari sinilah cikal bakal waralaba warung Tegal fenomenal ini dimulai.

Nama Yudhika pun menjadi terkenal di Tegal. Banyak dari mereka yang meminta bantuannya untuk dibuatkan warteg dan mulailah Kharisma Bahari menjamur di Jakarta.

Investor bisa mendapatkan pendapatan bersih Rp 5 juta sampai Rp 8 juta per bulan  

Investor bisa mendapatkan pendapatan bersih Rp 5 juta sampai Rp 8 juta per bulan, (Okky Budi Permana/MoneySmart.id).

Karena melihat konsep warteg yang bersih dan terang, banyak masyarakat yang bukan berasal dari Tegal tertarik untuk membuka warteg serupa. Yudhika tak menutup diri, ia membuka pintu lebar-lebar buat siapa saja yang ingin bermitra.

Syaratnya, seorang investor hanya perlu membayar sekitar Rp 110 juta, dan mencari sewa lahan. Dari Rp 110 juta itu, Yudhika bakal membangunkan sebuah warteg yang bergaya khas Kharisma Bahari, plus mendapatkan tiga orang karyawan dan dua pengelola.

Pengelola merupakan orang kepercayaan Yudhika yang ditugaskan buat membantu sang investor dalam bidang masakan dan lain-lain. Jadi investor tenang saja, soal masakan udah ada pengelola yang terlatih.

Dan sistem bagi hasilnya, bukan ke Yudhika, tapi ke pengelola. Yudhika pun membuat sistem bagi keuntungan bersihnya adalah dibagi dua. Jadi 50 persen buat investor, 50 persen demi pengelola.

Yudhika udah tidak mencari keuntungan lagi dari warteg itu, karena ia menyerahkan sepenuhnya keuntungan untuk investor dan pengelola yang ia bawa. Rata-rata keuntungan bersih yang didapatkan investor sekitar Rp 5 juta sampai Rp 8 juta per bulan.

Jadi kalau ditotal-total, pendapatan bersih warteg sekitar Rp 10 juta sampai Rp 16 juta per bulan.

Kini warung Tegal Kharisma Bahari udah membuka cabang sebanyak lebih dari 200 yang tersebar di Jabodetabek.

Menghitung-hitung pendapatan bersih Yudhika yang mencapai ratusan juta per bulan

Suasana warteg Kharisma Bahari yang khas dengan warna hijaunya, (Okky Budi Permana/MoneySmart.id).

Meski ada ratusan cabang, sepenuhnya itu bukan punya Yudhika seorang. Ia mengungkapkan, saat ini mungkin hanya sekitar 10 warteg yang ia kelola sendiri sepenuhnya.

Yudhika menyebut investor rata-rata mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp 5 juta sampai Rp 8 juta. Besaran itu sudah dibagi dua dengan keuntungan pengelola. Artinya, keuntungan Yudhika dari 10 warteg yang ia kelola sendiri mencapai ratusan juta per bulan.

Keuntungan bersih satu warung Tegal bisa mencapai Rp 10 juta sampai Rp 16 juta, dikalikan dengan 10 warteg, maka Yudhika bisa mengantongi Rp 100 juta sampai Rp 160 juta per bulannya.

Tetap sederhana meski bergelimang harta

Yudhika terbilang cukup sederhana hidupnya meskipun kerap meraup keuntungan mencapai ratusan juta rupiah, (Okky Budi Permana/MoneySmart.id).

Pengusaha ratusan warung Tegal ini mengaku tetap hidup dalam kesederhanaan. Gak kaya pengusaha-pengusaha sukses pada umumnya yang ke mana-mana naik mobil, Yudhika justru lebih memilih mengendarai sendiri motornya.

Bahkan ketika datang ke acara-acara penting sekalipun ia lebih memilih untuk naik motor. Alasannya simpel, motor dinilai lebih cepat dan murah ketimbang mobil.

Gak cuma itu, hingga kini, Yudhika juga gak segan-segan berbelanja kebutuhan warungnya sendiri ke pasar, tanpa meminta bantuan seorang asisten.

Rencana kedepannya membuka warung tegal Subsidi

Rencana kedepannya membuka Warteg Subsidi, (Okky Budi Permana/MoneySmart.id).

Meski cuma lulusan SD, inovasi yang ada di kepalanya gak ada habis-habisnya. Setelah sukses menjadi pelopor warung Tegal bersih dan terang, Yudhika berencana buat membangun Warteg Subsidi.

Warung Tegal Subsidi ini terinspirasi dari langkah pemerintah melakukan subsidi BBM Premium. Nah jadi, nantinya, ia akan membangun warteg yang akan mensubsidi beberapa lauknya yang paling laris.

Salah satunya adalah telur dan es teh manis. Misalnya di Kharisma Bahari satu telur dihargai Rp 4 ribu dan es teh manis Rp 4 ribu. Di warung Tegal Subsidi akan diharga Rp 2 ribu rupiah aja. Harga subsidi ini berlaku untuk semua orang yang mampir.

Itu tadi kisah sukses perjalanan karier Yudhika sang pemilik Warung Tegal Kharisma Bahari. Berhasil mewartegkan Jabodetabek, ambisi selanjutnya juga ingin mewartegkan Indonesia. Wah sukses deh Pak! (Editor: Mahardian Prawira Bhisma)