Gaji UMR, Gini Caranya Ngatur Duit Biar Bisa Nabung dan Investasi

ngatur duit

Siapa bilang pemilik gaji UMR gak bisa nabung dan investasi? Coba dievaluasi dulu cara ngatur duit, mungkin kurang tokcer dalam pengaturan.

Atau mungkin ngatur duit gak pakai aturan? Ya, pantas kalau susah nabung dan investasi. Rencana keuangan adalah soko guru alias penopang utama kondisi finansial yang kokoh.

Tanpa rencana, jangan harap bisa sukses secara finansial seperti Jokowi dengan usaha mebelnya atau Sandiaga Uno dengan gurita bisnisnya. Jangankan sukses, selamat dari jurang utang pun sudah syukur banget.

Tapi tenang, mari kita jadikan detik ini momentum berubah ke arah lebih baik. Gaji pas-pasan bukanlah penghalang seseorang untuk menjaga keuangannya stabil.

Gaji UMR alias upah minimum regional di setiap daerah berbeda. Dalam hal ini, kita akan ambil contoh UMR DKI Jakarta tahun 2020 sebesar Rp4,2 juta.

Begini cara ngatur duit biar bisa nabung dan investasi dengan penghasilan Rp3,3 juta per bulan.

Bedakan kebutuhan dan keinginan

Kamu susah nabung? Masa kerja sudah lima tahun tapi nggak punya dana darurat? Coba pikirkan lagi, bagaimana cara ngatur duit ke mana saja uangmu pergi setiap kali gajian. Bisa-bisa selama ini kamu terlalu menuruti keinginan untuk berbelanja tanpa membuat perhitungan yang tepat. 

Ujung-ujungnya, setiap gajian kamu hobi berbelanja atau menghabiskan uangmu untuk hal-hal konsumtif. 

Sesekali tentu tak apa, tapi kalau terus-terusan, akhirnya kamu nggak punya tabungan yang cukup, tak memiliki dana darurat, atau malah kamu masuk kelompok ‘gaji selalu tak bersisa’. 

Oke, tak perlu disesali secara berlebih. Jika memang kamu sempat menjadi bagian dari orang-orang yang abai terhadap pengaturan keuangan, yuk lah kita perbaiki mulai sekarang. 

Jurus pertama yang harus kamu terapkan adalah, bedakan kebutuhan dan keinginan. Mengacu KBBI, kebutuhan punya arti ‘sangat perlu menggunakan’. Maksudnya, kalau kamu sedang butuh artinya kamu benar-benar sedang perlu untuk menggunakan sebuah barang layanan tertentu. 

Kebutuhan biasanya adalah hal-hal yang apabila tidak dipenuhi, maka akan memberikan efek negatif bagi kita. Misalnya, kebutuhan untuk makan, membelikan tas sekolah untuk anak, atau bisa juga membeli laptop baru yang bisa menunjang pekerjaan. 

Sedangkan keinginan, lebih didorong oleh hasrat. Sifatnya, tidak mendesak. Jadi kalaupun keinginan ini tak dipenuhi, maka tidak akan memberikan dampak negatif kepada diri kita. 

Misalnya, beli HP baru padahal HP lama masih berfungsi optimal. Atau beli jaket baru, padahal jaket lama tidak ada cacat dan masih sangat layak pakai. 

Sebenarnya tidak masalah lho menuruti keinginan sesekali sebagai self-reward atau penghargaan kepada diri sendiri atas kerja keras yang dilakukan. Asal tahu porsi, sadar diri untuk membatasi sejauh mana uang dibelanjakan untuk keinginan yang sifatnya konsumtif. 

Sebagian pakar perencanaan keuangan menyarankan, porsi dana untuk hiburan atau pemenuhan keinginan tak boleh lebih dari 30 persen dari keseluruhan gaji. Misalnya, gaji kamu sesuai UMR Rp4,2 juta sebulan, maka anggaran ‘senang-senang’ tak boleh lebih dari Rp1,2 juta. 

Prinsipnya ngatur duit adalah, kamu harus tahu batas-batas antara keinginan dan kebutuhanmu sendiri. Mulai sekarang, coba pilah mana saja pos-pos pengeluaran yang masuk dalam kebutuhan dan mana saja yang masuk dalam keinginan.

Yuk, langsung saja, kita ambil contoh kasus pembagian porsi keuangan pribadi dengan gaji UMR sekitar Rp4,2 juta. Apa saja alokasinya?

1. Biaya tempat tinggal

Di tengah permukiman, masih banyak kos dengan harga sewa Rp500 ribu per bulan, sudah termasuk listrik. Bahkan, kalau beruntung bisa dapat yang lengkap dengan laundry seminggu sekali dan air minum galon gratis di ruang bersama.

Bila masih tinggal dengan orangtua, biaya ini bisa dihilangkan. Artinya, duit Rp500 ribu bisa dialokasikan ke pos lain.

Pengeluaran: Rp500 ribu (kos)

Rp0 (rumah sendiri/menumpang).

2. Biaya makan

Di warteg, rata-rata habis Rp10 ribu-Rp15 ribu sekali makan. Di warung Padang juga bisa dibikin segitu. Bila diambil angka maksimal Rp15 ribu, berarti harus keluar duit Rp15 ribu x 3 = Rp45 ribu.

Rp45 ribu sehari bila sebulan berarti Rp45 ribu x 30 = Rp1.350.000. Itu kalau stabil Rp15 ribu per makan. Bisa saja pas weekend nongkrong di kafe atau ngajak gebetan makan di resto, tambah deh pengeluaran.

Meski begitu, biaya makan tetap bisa disiasati. Misalnya sekali tempo makan di kafe habis Rp30 ribu. Besoknya diakali deh makan di warteg pakai telur dan sayur saja biar lebih murah.

Atau cari warung Padang Rp10 ribuan masih ada di beberapa tempat di Jakarta dan sekitarnya. Mau lebih murah lagi? Beli bahan makan dan masak sendiri, sekali masak bisa buat 3 x makan sehari.

Pengeluaran: Rp1.350.000.

3. Transportasi

Kalau tinggal di pinggiran Jakarta dan menggunakan transportasi umum, seperti Depok atau Bekasi, estimasi ongkos PP rumah-kantor setiap hari Rp30 ribu. Dengan demikian, pengeluaran total sebulan (20 hari kerja) adalah Rp30 ribu x 20 = Rp600 ribu.

Bila memakai sepeda motor pribadi, tinggal disesuaikan dengan jarak tempuh rumah-kantor. Umumnya, bensin Pertamax Rp20 ribu bisa dipakai 3 hari dengan jarak tempuh 25 kilometer.

Tentunya mau pakai Pertamax dong, biar motor lebih awet. Atau minimal Pertalite lah, soalnya Premium kan bahan bakar subsidi dan dikhususkan untuk warga tak mampu. Kalau pakai Pertamax, berarti sebulan keluar duit Rp133.333 untuk transportasi.

Pengeluaran: Rp600 ribu (angkutan umum)

Rp133.333 (motor pribadi).

4. Tabungan

Kalau benar niat mau nabung, langsung sisihkan gaji begitu cair tiap bulan. Jangan menunggu habis bulan, lalu sisa gaji baru ditabung.

Direkomendasikan tabungan senilai 10 persen dari penghasilan untuk keamanan finansial. Berarti paling tidak Rp300 ribu masuk pos tabungan.

Nah, bila jumlah tabungan sudah mencapai 6 x gaji, mulailah membagi pos ini untuk investasi. Tabungan itu bukan investasi lho, karena imbal hasil berupa bunga yang amat sangat sedikit.

Pengeluaran: Rp300 ribu.

5. Dana darurat

Pos ini sama pentingnya dengan tabungan. Dana darurat berguna ketika ada pengeluaran mendadak, misalnya jatuh sakit dan perlu uang jaminan di rumah sakit untuk penanganan segera.

Bisa juga buat dana rekreasi, contohnya pelesir ke Puncak atau sekadar hangout bareng gebetan maupun kawan. Alokasikan sekurangnya Rp100 ribu sebulan untuk pos ini, dan mesti rutin.

Dana ini bisa disatukan di tabungan. Atau mungkin mau bikin rekening terpisah dalam tabungan berjangka, boleh-boleh saja yang penting gak ribet dan gak diambil-ambil.

Pengeluaran: Rp100 ribu.

6. Investasi

Rumus keuangan sehat adalah investasi dilakukan walau sekecil apa pun nominalnya. Di sini, kita patok angka Rp100 ribu. Pos ini bisa dibikin baik bersamaan dengan rutinitas nabung maupun ketika jumlah tabungan sudah mencapai 6 x gaji.

Contoh investasi yang bisa diambil adalah reksa dana. Dengan Rp100 ribu, kita sudah bisa menyandang status investor. Banyak yang menawarkan reksa dana dengan minimum investasi segitu.

Bahkan, sekarang bisa investasi reksa dana online di salah satu situs e-commerce ternama. Reksa dana terhitung sederhana ketimbang investasi langsung di bursa saham.

Cari jenis reksa dana yang relatif stabil dan aman dulu untuk belajar, misalnya pasar uang atau pendapatan tetap. Rajin-rajinlah top up dana investasi tiap bulan, terutama saat iklim investasi sedang bagus.

Setelah 1-2 tahun, kita bisa nambah atau atur ulang portofolio investasi ke jenis reksa dana yang lebih menantang tapi memberikan potensi return lebih besar. Misalnya reksa dana saham atau campuran.

Bila merasa gamang mau langsung terjun ke reksa dana saham, bisa coba investasi klasik: emas. Disarankan investasi emas batangan dari Antam ketimbang perhiasan. 

Pasalnya, harga pasaran emas Antam sudah pasti, sedangkan harga perhiasan emas bisa beda-beda tergantung keunikan barang dan tentunya kebijakan penjualnya.

Pengeluaran: Rp100 ribu.

Alokasi gaji sebulan

Setelah membagi-bagi alokasi gaji, yuk dihitung total anggaran kita tiap bulan:

Biaya total: Rp500 ribu + Rp1.350.000 + Rp600 ribu + Rp300 ribu + Rp100 ribu + Rp100 ribu = Rp2.950.000.

Bila UMR DKI Rp4,2 juta, masih ada sisa sekitar Rp1,25 juta yang bisa dimasukkan ke pos pengeluaran lain, termasuk untuk hiburan (ingat ada batasnya). Bisa dipakai untuk uang jajan atau keperluan pribadi, dari beli gorengan atau es cendol, sampai beli pembalut khusus buat wanita.

Atau bisa juga dimasukkan ke tabungan untuk ongkos nikah. Biaya resepsi nikah makin melambung lho, apalagi di Jakarta.

Angka ini  didapat dengan menghitung biaya kos dan angkutan umum. Bila tanpa kedua pos itu, jelas pengeluaran lebih rendah lagi.

Hitungan di atas hanyalah gambaran kasar, karena kebutuhan tiap orang berbeda-beda. Intinya, rancangan pengeluaran di atas bisa dijadikan pedoman menyusun rencana keuangan.

Selain itu, rancangan tersebut membuktikan bahwa seseorang dengan gaji UMR masih bisa nabung dan bahkan investasi. Kuncinya cuma dua: susun dan konsisten patuhi rencana keuangan tiap bulan. 

Kalau belum bisa ngatur duit, jangan berutang!

Please hindari yang namanya utang. Dalam keuangan, biasanya yang membuat kamu gagal dalam merancang keuangan adalah adanya utang. Memiliki utang barangkali hal yang lumrah, tapi kalau sudah jadi kebiasaan, itu bahaya. 

Apa sih utang itu? Intinya, utang adalah uang yang kamu pinjam dari orang atau pihak lain. Pihak lain ini bisa bank, lembaga keuangan, atau platform belanja online yang semakin banyak belakangan ini. 

Sekilas, utang memang menggiurkan karena bisa memudahkan urusan kita dalam sekejap. Kalau kamu berkomitmen untuk membayarnya, tak masalah. Tapi kalau kamu tergolong orang yang abai dalam mengangsur utang. Jangan coba-coba berutang deh.   

Apalagi, saat ini banyak sekali fasilitas yang ditawarkan bank dan lembaga keuangan kepada nasabah agar bisa berutang, seperti kartu kredit, pinjaman online, sampai fasilitas ‘pay later’ yang ditawarkan sejumlah platform belanja. Sama saja, semuanya tetap utang. 

Kebiasaan berutang ini akan membuatmu menyepelekan dampak utang terhadap perencanaan keuanganmu. Sekalinya kamu tak sanggup membayar utang, maka bunga dari utang akan menyusahkanmu. Kalau sudah begini, yang awalnya untung bisa jadi buntung. 

Utang baik dan utang buruk

Utang bisa saja mendatangkan untung. Lagi-lagi ini tergantung peruntukannya. Kalau kamu berutang demi menambah aset atay kekayaanmu, tidak masalah. Memang ada utang yang bisa menambah aset? Ada dong, contohnya adalah kredit kepemilikan rumah (KPR). Meski berutang, tapi secara perlahan asetmu bertambah, yakni rumah. 

Jadi utang ini ada yang tergolong utang baik, ada pula yang termasuk utang buruk. Kita ulas yuk masing-masing.

Utang baik

Seperti dijelaskan di atas, utang baik adalah utang yang mendatangkan penambahan aset atau jumlah harta. KPR adalah salah satu contohnya. Meski kamu ada saldo utang, tapi harta dan asetmu setiap tahunnya akan bertambah dalam wujud rumah. 

Contoh lain, utang dari bank untuk modal usaha. Meski awalnya kamu berutang, tapi kamu berkomitmen mengembangkan usahamu hingga mendatangkan untung. Dari keuntungan inilah kamu bisa membayar kembali utang dan bunga utang dari bank. 

Utang buruk

Utang buruk tentunya utang yang ujung-ujungnya cuma bikin kamu merugi. Misalnya, kamu pengguna kartu kredit yang tidak pandai memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. 

Hasilnya, kartu kreditmu hanya digunakan untuk membeli produk-produk konsumtif seperti gadget, berlibur, atau boros untuk nongkrong di kafe. Kamu pun harus membayar tagihan kartu kredit dengan angka yang membengkak. Tidak enak bukan?

Untuk mengatasi utang buruk ini, lekat sekali dengan pemahaman untuk memisahkan kebutuhan dan keinginan. Buatlah skala prioritas terhadap pos-pos belanja bulananmu. Utamakan belanja untuk kebutuhan yang memang penting dan mendesak. 

Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum berutang

Seperti dijelaskan di atas, utang bisa dilakukan asal peruntukkan jelas, bertujuan menambah aset, dan punya komitmen serta perhitungan untuk melunasinya. 

Nah, di bawah ini adalah beberapa poin yang perlu kamu tahu dan pertimbangkan sebelum mengajukan utang. Tapi ingat, utang yang kita bahas adalah utang produktif ya, alias utang yang bisa menambah aset atau harta. 

1. Punya penghasilan tetap

Kalau kamu mau mengajukan utang, pastikan kondisi keuangamu punya kemampuan untuk melunasinya nanti. Setidaknya, kamu harus memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Kenapa penghasilan menjadi penting? Karena kamu perlu merancang kapan dan berapa lama harus melunasi utang-utangmu tersebut. 

Dengan penghasilan yang sudah tetap, ditambah dengan keuntungan yang didapat dari hasil berutang tadi (misalnya utang untuk modal usaha), maka kamu punya kans lebih baik untuk segera melunasi utang. 

2. Punya kemampuan untuk melunasi utang

Menyambung poin nomor 1, jika kamu mengajukan utang maka kamu harus yakin bahwa utang tersebut bisa kamu lunasi. Pakar perencanaan keuangan membuat formulasi, bahwa cicilan untuk melunasi utang (misalnya KPR) tidak boleh melebihi 30 persen dari penghasilan bulanan. 

Jika cicilan utang lebih dari 30 persen, khawatirnya, keperluan lain akan terbaikan. Porsi cicilan utang ini bisa saja sih dinaikkan sedikit, dengan memanfaatkan porsi uang untuk hiburan dan senang-senang. Tapi itu bergantung komitmenmu untuk melunasi utang atau cicilan. 

3. Pahami jenis kartu kredit

Untuk kamu yang punya kartu kredit, terlebih yang gajinya pas-pasan, benar-benar harus jeli untuk memilih jenis dan pemanfaatannya. 

Kamu perlu mempertimbangkan biaya apa saja yang dikenakan kepada pemegang kartu, seperti iuran tahunan, bunga, biaya administrasi, dan sebagainya. Seperti diketahui, pengenaan biaya bisa berbeda-beda antarkartu meski diterbitkan dari bank yang sama seperti Bank Mandiri.

Selain itu, kamu harus memperhatikan besaran suku bunganya. Bunga yang tinggi cocok bagi kamu yang bisa dipastikan membayar tagihan secara rutin tanpa terlambat. Kartu kredit dengan bunga tinggi juga biasanya menawarkan lebih banyak keuntungan. 

Sedangkan bunga rendah cocok buatmu yang terbiasa membayar tagihan dengan mencicil atau membayar jumlah minimum. Tentu saja, bunga yang kartu kredit dengan bunga rendah akan menawarkan lebih sedikit keuntungan.

Tapi yang terpenting, kembalikan kepada kebutuhan kamu. Apakah tujuan memiliki kartu kredit hanya untuk eksis semata, untuk keperluan bisnis, memudahkan berbelanja, atau justru ingin irit dengan berburu diskon yang ditawarkan?

Nah, itu tadi secuil jurus untuk mengatur keuangan bagi kamu yang gajinya UMR. Mengatur keuangan pribadi dan keluarga itu penting agar tidak menyesal di kemudian hari. Bagi kamu yang selama ini terlanjur tidak bisa mengatur keuangan, mari mulai perbaiki dari sekarang. 

Lebih baik terlambat untuk ngatur duit yang tepat, daripada tidak sama sekali. Yuk kita mulai ngatur duit yang tepat dari sekarang! (Editor: Chaerunnisa)