Pantas Aja Saham Unilever Mahal, Produk-Produknya Ini Paling Laris di Pasaran

Pantas Aja Saham Unilever Mahal, Produk-Produknya Ini Paling Laris di Pasaran

Di indeks komposit atau IDX Composite, saham Unilever menjadi saham paling mahal kedua dibanding seluruh saham yang tercatat. Posisi saham perusahaan consumer goods ini tepat berada di bawah saham Gudang Garam.

Padahal, dulunya nih harga perdana saham Unilever cuma Rp 3.175 per lembar. Harga tersebut dipatok sewaktu perusahaan ini melantai di bursa alias IPO tahun 1982.

Sejarah Unilever

Unilever adalah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Rotterdam, Belanda dan London, Inggris. Unilever memproduksi makanan, minuman, pembersih, dan juga perawatan tubuh. Unilever adalah produsen barang rumah tangga terbesar ketiga di dunia, jika didasarkan pada besarnya pendapatan pada tahun 2012, di belakang P&G dan Nestlé.

Unilever juga merupakan produsen olesan makanan (seperti margarin) terbesar di dunia. Unilever adalah salah satu perusahaan paling tua di dunia yang masih beroperasi, dan saat ini menjual produknya ke lebih dari 190 negara.

Unilever memiliki lebih dari 400 merek dagang, dengan 14 merek diantaranya memiliki total penjualan lebih dari £1 milliar, yakni: Axe, Dove, Omo, Becel, Heartbrand, Hellmann’s, Knorr, Lipton, Lux, Magnum, Rama, Rexona, Sunsilk dan Surf.

Unilever N.V. dan Unilever plc, beroperasi di bawah satu nama dan dipimpin oleh dewan direksi yang sama. Unilever dibagi menjadi empat divisi utama, yakni Makanan, Minuman dan Es Krim, Perawatan Rumah Tangga, dan Perawatan Tubuh. Unilever memiliki pusat riset dan pengembangan di Inggris, Belanda, Tiongkok, India, dan Amerika Serikat.

Unilever N.V. resmi tercatat publik di Bursa Efek Indonesia, New York Stock Exchange, Euronext Amsterdam, London Stock Exchange dan juga merupakan komponen Indeks AEX, Indeks FTSE 100, Euro Stoxx 50 sebagai papan utama.

Saham yang berkode UNVR ini tiap tahunnya terus menanjak. Dalam waktu 36 tahun, harganya udah tembus Rp 48 ribuan per lembar. Udah pasti investor yang memiliki saham ini sejak pertama kali listin terus menjualnya sekarang, pasti udah kaya banget nih.

Melonjaknya harga saham Unilever tentu gak lepas dari larisnya produk-produk Unilever di Indonesia. Apa aja produk-produknya? Bersumber dari Kantar Worldpanel, inilah produk-produknya.

Baca juga: Yuk Nostalgia! Merek Mobil Terkenal Ini Diambil dari Nama Hewan Lho

1. Royco

Royco (Instagram).

Salah satu brand yang dipegang Unilever ini menjadi produk terlaris nomor empat di Indonesia. Dari informasi yang dihimpun Kantar Worldpanel, Consumer Reach Points atau CRP dari produk ini mencapai 579 juta.

Sebagai informasi, Consumer Reach Points atau CRP adalah ukuran dari kombinasi banyaknya rumah tangga yang menjadi pembeli merek tertentu (penetrasi) dan seberapa sering pembeliannya (frekuensi).

Royco sendiri dikenal sebagai salah satu bumbu penyedap rasa yang dijual di Indonesia. Varian unggulan Royco yang dijual Unilever meliputi Royco kaldu, Royco sup krim, dan Royco bumbu. Larisnya produk ini tentu aja menjadi faktor pendongkrak harga saham Unilever.

2. Molto

Molto (Instagram).

Produk selanjutnya yang laris dan cukup memengaruhi saham Unilever adalah Molto. Brand pelembut dan pewangi pakaian ini mendapat CPR sebesar 474 juta.

Selain di Indonesia, Molto ternyata juga dijual di 28 negara. Brand ini juga diketahui menerima Top Brand Awards selama lima tahun berturut-turut dari 2009 – 2013.

Varian yang diciptakan Molto cukup banyak. Dari produk yang dikhususkan buat bayi hingga yang beraroma parfum Prancis.

Baca juga: Mobil Low MPV Terbaru Pabrikan Jepang yang Harganya di Bawah Rp 200 Jutaan

3. Lifebuoy

Lifebuoy (Instagram).

Produk Unilever selanjutnya yang laris di pasaran adalah sabun Lifebuoy. Pastinya sabun yang satu ini udah familiar banget keberadaannya buat kamu.

Bisa dibilang sabun ini menjadi sabun sejuta umat yang dipakai banyak orang. Melihat fakta tersebut, tentu aja banyak investor tertarik buat memiliki saham Unilever.

Menariknya nih Lifebuoy ini merupakan produk tertua Unilever lho. Sabun ini mulai diperkenalkan pada 1894. William Hesketh Lever menjadi sosok yang menciptakan sabun ini.

Bermula dari Inggris, sabun yang kini udah berusia 124 tahun ini menyebar ke berbagai negara, seperti Argentina, Brazil, Cina, India, Indonesia, Malaysia, Singapura, Arab Saudi, Afrika Selatan, Vietnam, hingga Amerika Serikat.

4. Rinso

Rinso (Instagram).

Berikutnya ada Rinso yang brand-nya populer di Indonesia. Tercatat CRP-nya mencapai 383 juta. Dengan CRP sebesar itu, itu berarti deterjen ini termasuk laris di pasaran.

Sama seperti Lifebuoy, Rinso juga merupakan produk tertua yang dijual Unilever. Brand deterjen ini diciptakan Robert Spear Hudson pada 1908. Pemakaiannya pun saat itu cuma terbatas di Inggris.

Penggunaan Rinso kemudian melebar ke Amerika Serikat hingga Australia. Di Indonesia Rinso menjadi deterjen bermerek pertama. Rupanya reaksi pasar positif saat itu sehingga Unilever menganggap Indonesia sebagai pasar Rinso yang penting dan potensial.

Wajar aja saham Unilever begitu menarik. Sebab produk-produknya, termasuk Rinso ini begitu besar potensi penjualannya di Indonesia.

5. Sunlight

Sunlight (Instagram).

Produk Unilever selanjutnya yang laris manis di pasaran adalah Sunlight. Produk sabun cuci piring ini emang udah terkenal banget deh di Indonesia. Begitu dengar Sunlight, orang udah tahu itu merek pencuci piring.

Brand ini juga menjadi brand tertua yang dijual Unilever. Udah gitu penciptanya juga sama dengan pencipta Lifebuoy, yaitu William Hesketh Lever dan saudaranya James Darcy Lever.

Sabun cuci piring ini kemudian dipasarkan melalui perusahaan yang didirikan Lever bersaudara, yaitu Lever Brothers. Produk ini sendiri dijual Unilever pada 1930.

Menurut Kantar Worldpanel, Sunlight mendapat CRP mencapai 371 juta. Dengan penjualannya yang laris, boleh dibilang produk ini berkontribusi positif pada Unilever yang kemudian memengaruhi harga saham Unilever.

Nah, itu tadi beberapa produk yang berkontribusi pada mahalnya harga saham Unilever. Semakin banyaknya brand-brand Unilever yang laris di pasaran, bisa dipastikan harga sahamnya terus menanjak dan tetap yang paling mahal di Indonesia. (Editor: Winda Destiana Putri).